HIDUP KITA ITU SINGKAT

Tutup Tahun berarti sebuah perayaan yang berbicara soal Waktu, Saat, Kesempatan, Peluang. Kata waktu sendiri berasal dari bahasa Latin, dari kata "TEMPUS" artinya KETERBUKAAN, LAPANGAN atau KEKOSONGAN. Waktu disebutTutup keterbukaan karena dialami semua orang. Waktu adalah Lapangan karena di dalamnya orang bermain-main dengan hidupnya sekaligus mengolah hidupnya. Maka mengolah hidup disamakan dengan mengolah waktu. Waktu disebut kekosongan karena semua yang pernah kita peroleh dalam hidup ini pada akhirnya kita akan berpisah dengan semua itu. Betapapun manusia merancang peradabannya untuk mempersiapkan masa depannya, namun pada akhir hidupnya kekosongan merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari. Ada orang yang berkata demikian, "Saya tidak sangka, sekarang umurku sudah 40 tahun. Anak-anakku sudah remaja. Sepertinya, anak-anaku itu baru kemarin sore masih kususui. Sungguh waktu begitu cepat berlalu." 
“Everyone wants to live long, but nobody to be old” yang artinya semua orang ingin panjang umur, tetapi tidak seorang pun mau menjadi tua. Mengenai "umur yang begitu singkat" ini kita bisa merenungkan dari Pemazmur, Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan (Mzm 90: 10). Umur menurut Lao Tze penulis buku Tao Te Ching adalah sebuah proses menjadi bijaksana.  Dalam perjalanan itu banyak sekali yang telah kita lalui: ada yang lancar, ada yang penuh rintangan, ada yang penuh kegembiraan, ada yang penuh kegetiran, semua pastir mengalaminya, itulah kehidupan manusia.  
Saat kita berumur 0-10 tahun merasa sungguh bangga kalau disayangi orang tua, 
Saat kita berumur 10-20 tahun merasa sungguh bangga kalau kita punya banyak teman,
Saat kita berumur 20 Tahun merasa sungguh bangga kalua kita tampan dan catnik
Saat kita berumur 30 tahun kita merasa bangga kalau kita punya banyak uang
Saat kita berumur 40 tahun kita merasa bangga kalau kita kembali muda lagi
Saat kita berumur 50 tahun kita merasa bangga kalau masih sehat-sehat
Saat kita berumur 60 tahun kita merasa kita merasa hidup ini terasa sangat singkat 
Saat kita berumur 70 atau 80 tahun masih hidup sudah cukup bangga
Oleh karena itu Orang Romawi Kuno menulis, tempus fugit waktu berlari dengan cepatnya. Seneca (4 seb. M I 65 M), politikus Romawi berkata, "Ima permutat brevis hora summis" - Waktu yang singkat cukup untuk mengubah yang tertinggi menjadi yang terendah. Pemikir Yunani, Herakletos pernah berkata Waktu seperti air sungai yang mengalir, air yang sama tidak akan pernah bisa disentuh untuk kedua kalinya, sebab akan terus berlalu tanpa dapat kembali lagi. Istilah Yunani-nya, "Panta Rei". Tidak heranlah jika Horatius (65 - 8 seb. M) menulis, Mortalia facta peribunt semua hasil kerja manusia akan musnah. Sekali lagi, "Hidup kita itu singkat".
Ada orang yang berprinsip Tempus Fugit Carpe Diem waktu berlalu raihlah hari ini selagi sempat, begitu prinsip mereka. Hidup mereka di penuhi dengan keinginan untuk mencapai kebahagiaan, kepuasan dan kemakmuran di Dunia. Kalaupun berdoa itu karena mereka berharap melalui doa tersebut kesusahan hidup mereka akan lenyap harta mereka akan bertambah, atau mereka menerima anugerah-anugerah duniawi lainya. kemakmuran dan kesuksesan duiawi meraka anggap sebagai tanda bekat Tuhan. Sebaliknya penderitaan dan kemiskinan duniawi mereka sangka sebagai Kutukan.
Ada juga yang berprinsip Tempus Fugit Memonto Mori Waktu berlalu ingatlah pada kematian. Mereka yang ingat akan kematian akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapinya. Dengan demikian mereka dapat menjalani kehidupan tanpa ada rasa takut akan kematian. Sebaliknya mereka yang tidak mengigat kematian tidak mempersiapkannya dengan baik sehingga merekapun takut menghadapi kematian. Santo Stanislaus Kotska mengatakan "Aku tidak di lahirkan untuk hal-hal duniawi yang ada sekarang, tetapi untuk hal-hal abadi di masa depan."
Untuk orang kristiani, untuk orang yang bijaksana kita dipanggil untuk berprinsip Tempus Fugit, Amor Manet: Time Flees, Love Remains.  Karena William Shakespeare dulu pernah berpuisi: Waktu terasa lambat untuk orang yang menunggu; Cepat bagi orang yang ketakutan; Terasa panjang untuk orang yang meratap; Terasa pendek bagi orang yang sedang mengadakan perayaan, Namun bagi yang mengasihi, waktu adalah kekal.
Ralph Waldo Emerson (1803 – 1882) penulis Amerika menulis, hidup ini bukan persoalan berapa lama, tetapi berapa dalam. Kata-kata itu memang sungguh memiliki arti yang mendalam. Kedalaman hidup itu terwujud ketika ketika hidup kita memberi kontribusi bagi “dunia”.  Dalam hidup ini pertama-tama kita tumbuh. Dalam bertumbuh tersebut kita perlu disiram, dipupuk dan dipelihara. Setelah bertumbuh dengan baik, maka berbunga dan berkembang. Di sanalah orang menjadi indah, harum dan banyak sahabat. Perkembangan ini tentu saja merupakan rahmat dari Tuhan, tetapi sekaligus sebagai tugas untuk semakin mewujudkan cita-cita. Tahap terakhir adalah berbuah (Mat 13: 1 – 9).  Oleh karena itu hidup yang berkualitas bukan soal durasi tetapi terutama donasi. 
Permazmur mengatakan Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (TB Mzm 90:12) Seorang Bijak pernah bilang Manusia bertumbuh bukan untuk menjadi tua, tetapi menjadi bijaksana dan luar biasa; Maka kualitas hidup manusia dilihat dari buah-buahnya. Buah-buah ini yang dirasakan oleh banyak orang. Bagi orang-orang yang mengasihi, usia tua adalah musim panen. Benih-benih cinta kasih yang ditanam dengan sangat saksama pada waktu lalu telah menjadi matang bersama waktu. Orang yang mengasihi dikelilingi dalam masa senjanya oleh kehadiran orang-orang lain yang penuh perhatian. Apa yang telah diberikan secara cuma-cuma dan penuh suka gembira mendapat balasan penuh minat dan perhatian pada masa tuanya.
Kita telah menerima kasih karunia demi kasih karunia dari Tuhan selama pengalaman kita dalam tahun 2024. Dan kini kita persembahkan semuanya kepada Tuhan seraya memohon berkat Tuhan di dalam Perziarahan berikutnya di tahun 2025 yang sesaat lagi menyambut kita. Pengalaman tahun 2024 itu menjadi "Guru yang paling bijaksana" yang mendidik kita, agar kita mengambil hikmah dari pengalaman 2024 untuk memasuki dan mengisi lembaran tahun baru, tahun 2025. 
Oleh karean itu ciri pribadi kristiani yang hebat adalah tahu bersyukur. Dia menyadari bahwa selain waktu yang adalah Kronos yang berarti waktu berjalan seperti jam ke jam, hari ke hari, minggu, bulan hingga tahun ke tahun. Apa saja yang menjadi kegiatan di dalamnya, time schedule bagi mereka yang tertib rencana. Waktu ini akan terus bergerak, tak pernah kembali, di dalamnya ada keberhasilan, juga kegagalan. Bisa jadi kenangan yang menyenangkan, tapi juga menyedihkan, bahkan coba untuk dilupakan. Disana ada penyesalan karena tak bisa kembali untuk mengubahnya agar menjadi seperti apa yang diinginkan. Semua peristiwa yang terjadi tercatat dalam perjalanan hidup, itulah kronos.
Tetapi jangan lupa dimensi waktu yang lain, itulah Kairos, Orang sering menyebutnya sebagai waktu Tuhan. Kairos berjalan di atas dasar penyangkalan diri. Resolusi dan Perubahan Hidup terus menerus oleh karena kasih karunia Tuhan. Rasul Paulus mengatakan dalam Galatia 2:20: Namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Hidup tak berpusat pada diri (sangkal diri) melainkan berpusat pada Kristus (pikul salib). Maka sudah pasti, yang menjadi orientasi keberhasilan bukan lagi sekedar materi, juga bukan sekedar sebuah gerakan sosial, tetapi hidup sesuai kehendak-Nya. Perkerjan kita oleh pensiun, karir kita oleh berakhir, tetapi identitas kita sebnagai Anak-Allah tidak perneh pensiun dan berakhir. 
Itulah yang ditunjukkan oleh Bunda Maria dalam Kidung Magnificatnya, Hatiku bersukacita karena Allah Juru Selamatku. Dia yang menyelenggarakan yang terbaik. Mother Teresa mengatakan: You Are Called not to be Succesfull, but to be Faithfull. Iman yang terus menerus bertumbuh dalam perkembangan zaman. Maka pada akhir misa sebentar kita juga akan menyanyikan Madah Te Deum Laudamus. Gereja Katolik punya tradisi indah khusus buat akhir tahun, tepatnya di malam tahun baru: menyanyikan hymne atau madah syukur Te Deum. Lagu Gregorian ini ada di Puji Syukur 669 dan juga di Madah Bakti 491. Atau juga torang biasa nyanyikan dalam Bahasa Jerman Grosser Gott, wir loben dich atau dalam Bahasa Indonesia dalam Lagu Tuhan Allah Namamu Kami Puji dan Mashyurkan. 
Hidup bukan cuma jadi pande, mar musti pande pande, keberhasilan bukan cuma garis tangan, tanda tangan, campur tangan, bahkan kase tangan tetapi juga kunci tangan dan yang paling penting angkat tangan, menyerahkan seluruh hidup pada Tuhan. Bola basket di tangan saya akan berbeda ketika bola basket itu di tangan Michael Jordan, Bola Tenis di tangan saya akan berbeda ketika bola tenis itu di tangan Venus dan Serena Williams, 5 roti dan 2 ikan di tangan Yesus telah memberi makan lima ribu orang, air yang biasa dengan permohonan Bunda Maria dan Kuasa Yesus Kristus telah dirubah menjadi anggur yang paling lezat. Hidup kita di tahun 2025 yang akan datang akan menjadi luar biasa kalau kita tahu menyerahkannya kepada Tangan Siapa (dismas pr)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MINGGU PANGGILAN SEDUNIA KE 62 TAHUN DENGAN TEMA : PEZIARAH PENGHARAPAN ANUGERAH KEHIDUPAN

Puisi tentang Jalani Hidup

Dipenuhi Dengan Roh Kudus-RD.Dismas,Pr